Tuesday, April 17, 2012

GOOD PRINCIPALS IS A GOOD SCHOOL 



 1.1 Pendahuluan

Berbicara masalah kepemimpinan dan kompetensi kepala sekolah sebagai sebuah sistem yang kompleks terdiri dari sejumlah komponen yang saling terkait dan terikat satu sama lain, yaitu : kepala sekolah, guru, kurikulum, siswa, bahan ajar, fasilitas, dana, orang tua dan lingkungan. Komponen kepala sekolah merupakan komponen terpenting karena kepala sekolah merupakan salah satu input sekolah yang memiliki tugas dan fungsi paling berpengaruh terhadap keberlangsungan proses pendidikan di sekolah. Desentralisasi dengan kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menuntut kepala sekolah tidak hanya menjadi seorang manajer yang lebih banyak berkonsentrasi pada permasalahan anggaran dan persoalan administratif, namun juga dituntut menjadi pemimpin yang mampu menciptakan visi yang terkait dengan sekolah, meminjam istilah Gardner (1983) sebagai ”manajer pemimpin”. dalam menjalankan proses persekolahan. Slamet PH (2002) menyebutkan kompetensi yang wajib dimiliki kepala sekolah dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal yaitu sekolah harus memiliki wawasan ke depan (visi) dan tahu tindakan apa yang harus dilakukan (misi) serta paham benar cara yang akan ditempuh (strategi), memiliki kemampuan pengambilan keputusan dengan terampil, memiliki kemampuan memobilisasi sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan dan mampu menggugah bawahannya untuk melakukan hal-hal penting bagi tujuan sekolahnya. Disamping itu kemampuan untuk membangun partisipasi dari kelompok-kelompok kepentingan sekolah (guru, siswa, orangtua siswa, ahli, dsb.) sehingga setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan partisipatif. Permendiknas No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah mensyaratkan untuk menjadi kepala sekolah profesional harus kompeten dalam menyusun perencanaan pengembangan sekolah secara sistemik; kompeten dalam mengkoordinasikan semua komponen sistem sehingga secara terpadu dapat membentuk sekolah sebagai organisasi pembelajar yang efektif; kompeten dalam mengerahkan seluruh personil sekolah sehingga mereka secara tulus bekerja keras demi pencapaian tujuan institusional sekolah, kompeten dalam pembinaan kemampuan profesional guru sehingga mereka semakin terampil dalam mengelola proses pembelajaran; dan kompeten dalam melakukan monitoring dan evaluasi sehingga tidak satu komponen sistem sekolah pun tidak berfungsi secara optimal, sebab begitu ada satu saja diantara seluruh komponen sistem sekolah yang tidak berfungsi secara optimal akan mengganggu pelaksanaan fungsi komponen-komponen lainnya. Kompleksitas sekolah sebagai satuan sistem pendidikan menuntut adanya seorang kepala sekolah yang memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Kepala sekolah yang memiliki kompetensi tinggi mutlak dibutuhkan untuk membangun sekolah berkualitas karena kepala sekolah sebagai pemegang otoritas dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah perlu memahami proses pendidikan di sekolah serta menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah dapat berjalan sesuai dan sejalan dengan upaya-upaya pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Maju mundurnya suatu sekolah tidak terlepas dari peran Kepala Sekolah, karena “Kepala Sekolah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan sekolah”.

 1.2 Pembahasan

Arifin Abdulrachman (2004:16) berpendapat bahwa: "tidak semua pemimpin dapat mempengaruhi dan menggerakkan orang lain dalam rangka mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien, sebab orang lain baru dapat dipengaruhi/digerakkan jika: 1) Ada kemampuan pada pemimpin untuk menggunakan teknik kepemimpinan, 2)Ada sifat-sifat khusus pada pemimpin yaitu sifat-sifat kepemimpinan yang mempengaruhi jiwa orang-orang sehingga kagum dan tertarik pada pemimpin tersebut". Dengan demikian dapat diketahui bahwa untuk mempengaruhi atau menggerakkan orang lain agar dengan penuh kesadaran dan senang hati bersedia melakukan dan mengikuti kehendak pemimpin maka pemimpin tersebut harus memiliki kemampuan dan memiliki sifat-sifat khusus. Sedangkan sifat-sifat yang harus dimiliki pemimpin menurut Harold Koontz dan Cyrill O’Donnell (1990:21), yaitu: 1) Memiliki kecerdasan melebihi orang-orang yang dipimpinnya, 2) Mempunyai perhatian terhadap kepentingan yang menyeluruh, 3) Mantap dalam kelancaran berbicara, 4) Mantap berpikir dan emosi, 5) Mempunyai dorongan yang kuat dari dalam untuk memimpin, 6) Memahami kepentingan tentang kerjasama. Untuk mencapai efektivitas dalam kepemimpinannya, kepala sekolah harus memiliki tiga keterampilan konseptual berkaitan dengan keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi. Keterampilan manusiawi berkaitan dengan keterampilan bekerjasama, memotivasi dan memimpin. Keterampilan teknis berkaitan dengan keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu.

 1.2.1Rekruitmen calon Kepala Sekolah yang baik
Untuk melahirkan kepala sekolah yang profesional dibutuhkan sistem yang baik dan kondusif, baik dalam proses rekrutmen maupun pembinaan. Dari proses rekrutmen yang sarat KKN mustahil dilahirkan seorang kepala sekolah yang profesional. Dibutuhkan sistem rekrutmen yang berfokus pada kualitas dan pembinaan yang berorientasi pada kinerja dan prestasi dengan ”reward & punishment” yang tegas dan konsekuen untuk melahirkan kepala sekolah yang tangguh. Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah di antaranya menguraikan syarat-syarat dan tahapan yang harus dilalui seorang guru untuk dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah. Salah satu tahapan tersebut adalah bahwa guru harus mengikuti program penyiapan calon kepala sekolah/madrasah yang meliputi rekrutmen, seleksi dan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah. Pada tahap rekruitmen, setelah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota memproyeksikan kebutuhan kepala sekolah dua tahun mendatang kemudian mengumumkan kepada seluruh kepala sekolah agar menyampaikan dan mendorong guru yang berpotensi (SDM terbaik yang dimiliki) untuk mengikuti program penyiapan calon kepala sekolah/madrasah. Selanjutnya, calon kepala sekolah diseleksi secara administratif dan akademik. Seleksi administratif dilakukan melalui penilaian kelengkapan dokumen yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang sebagai bukti bahwa calon kepala sekolah/madrasah bersangkutan telah memenuhi persyaratan umum sebagaimana dimaksudkan pada Pasal 2 ayat (2) Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010. Sedangkan seleksi akademik dilakukan melalui penilaian potensi kepemimpinan calon kepala sekolah yang diukur melalui hasil penilaian potensi kepemimpinan dan kemampuan menyusun makalah kepemimpinan dan penguasaan awal terhadap kompetensi kepala sekolah/madrasah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Mengingat strategisnya peran kepala sekolah dalam peningkatan kualitas pendidikan maka proses pengadaan kepala sekolah yang dimulai tahun 2013, baik rekruitmen maupun seleksi menjadi salah satu faktor terpenting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.  

1.2.2 Kepala Sekolah sebagai Agent of Change
Kepala sekolah yang baik harus mampu menumbuhkembangkan keberanian orang yang dipimpin untuk mencobakan ide tanpa takut salah. Pemimpin yang baik juga mampu menciptakan suasana kolegialitas dan persaudaraan yang baik di sekolah. Kepala Sekolah merupakan kunci keberhasilan usaha-usaha sekolah. kepala sekolah merupakan penentu bagi terciptanya iklim sekolah yang lebih kondusif untuk meningkatnya mutu pendidikan. Kepala Sekolah tidak hanya dituntut mahir mengelola sarana-prasarana, tetapi juga harus memiliki kiat-kiat menarik yang mendorong guru-gurunya mau secara ikhlas dan penuh percaya diri meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya. Kiat-kiat itu antara lain :
a.Supervisi 
 Kegiatan ini dilakukan dengan cara Kepala Sekolah melakukan supervisi atau pengamatan terhadap guru-guru/kelas maupun terhadap aktivitas sekolah secara keseluruhan. Hasil temuan baik positif maupun negatif dibahas di dalam pertemuan/rapat dewan guru. Jika di dalam pertemuan/rapat tersebut masalah tidak dapat di atasi maka kepala sekolah segera mengambil inisiatif untuk mencari bantuan pemecahan ke luar sekolah. 
b.Curhat Nonformal
Curhat nonformal adalah mencurahkan isi hati atau uneg-uneg yang dilakukan secara nonformal. Waktu dan tempat sudah barang tentu tidak terikat. Waktu bisa dilakukan pada jam-jam santai atau waktu luang. Masalah tempat bisa di sekolah maupun di luar sekolah. Topik bahasannya berkisar aktivitas sekolah. Jika kepala sekolah ingin menyampaikan ide-ide tentang model pembelajaran atau aktivitas sekolah, kepala sekolah tidak langsung menyampaikannya pada pertemuan/rapat resmi dewan guru. Tetapi kepala sekolah dapat melakukan lobi-lobi ke beberapa guru untuk didiskusikan terlebih dahulu. 
c.Kolaborasi Atas-Bawah 
Kolaborasi ‘Atas–Bawah’ merupakan model kerja sama antara kepala sekolah selaku supervisor dan guru selaku yang disupervisi. Bentuk kerja sama itu contohnya adalah jika ada salah satu guru sulit dalam menerapkan model PAIKEM/CTL pada materi tertentu, maka kepala sekolah bersama-sama membuat skenario pembelajaran. Setelah selesai, skenario tersebut dijalankan secara bersama-sama oleh guru dan kepala sekolah. Jika sekali pelaksanaan ternyata belum cukup bagus, maka perlu dilakukan kolaborasi sekali lagi, sampai diperoleh hasil yang bagus. 
d.Who am I
 Jika kepala sekolah dalam melakukan supervisi melihat ada beberapa guru telah berhasil melakukan model PAIKEM/CTL dan manajemen kelas yang kreatif, kepala sekolah segera memberitahu kepada guru tersebut bahwa kelasnya akan dijadikan sasaran studi banding antar kelas. Dalam acara studi banding antar kelas tersebut para pengunjungnya adalah teman-temannya sendiri. Setelah harinya disepakati, guru yang menjadi sasaran studi banding tersebut menjelaskan berbagai hal yang telah dilakukan, baik itu tentang model pembelajarannya, skenario pembelajarannya, manajemen kelasnya, dan hasil karya anak, terutama yang dilakukan selama satu minggu sebelumnya. 
e.Refleksi diri 
Hampir jarang dilakukan oleh guru adalah melakukan refleksi diri setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Cara untuk melakukan refleksi diri ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Misalnya, jika sekolah memiliki perangkat keras seperti handycame, kepala sekolah dapat mengambil gambar beberapa kegiatan guru, khususnya dalam melakukan pembelajaran. Setelah itu, hasil rekaman tersebut diamati bersama-sama. Hal-hal apa saja yang seharusnya perlu dilakukan dan hal-hal yang tidak perlu dilakukan, agar guru yang bersangkutan merefleksi dirinya sendiri. Guru lain mencoba membahas hal-hal positif yang dapat diadopsi dan diterapkan di kelasnya. 
f.Kontes Hasil Karya Siswa dan Kelas 
Untuk memotivasi agar guru dan siswa kreatif maka dalam setiap minggu sekolah perlu mengadakan kontes. Macam-macam kontes di antaranya adalah lomba pidato, bercerita, drama, menggambar, mengarang, menyanyi/karaoke, kerapian dan kebersihan kelas, dan display atau pameran hasil karya siswa. Para pemenang dapat diumumkan pada saat upacara bendera hari Senin. 
g.Kultum Bergilir 
Dalam setiap pertemuan/rapat dewan guru atau kegiatan apa saja selalu diawali kegiatan santapan rohani atau dinamakan kultum (kuliah tujuh menit). Orang yang menyampaikan kultum tersebut tidak harus guru agama atau guru senior. Kultum disampaikan siapa saja secara bergilir, baik guru senior maupun junior. Tujuannya agar semuanya dapat belajar atau mendidik diri sendiri sebelum memberitahu orang lain. Materi kultum bebas, bisa masalah agama, rumah tangga, sekolah, pekerjaan, dan kehidupan lainnya.
 h.Go Public atau Open School 
Untuk memperkuat dan mendorong guru agar mau berbuat lebih meningkat lagi, kepala sekolah dapat bekerja sama dengan sekolah lain. Artinya sekolah lain diminta untuk mengadakan kunjungan ke sekolahannya. Tapi ingat : guru-guru tidak perlu diberitahu strategi ini, karena ini merupakan rahasia strategi kepala sekolah dengan kepala sekolah lain. Mereka diharapkan melakukan kunjungan, khususnya berkunjung ke kelas mengamati model PAIKEM/CTL yang diterapkan oleh gurunya. Dengan demikian guru-guru yang akan dikunjungi akan berbenah diri, karena mereka akan dikunjungi oleh sekolah lain.

 1.2.3 Kriteria Pemimpin yang baik dan Kepala sekolah yang baik
Adapun kriteria kepala sekolah yang baik menurut Umiarso (2010:164) adalah : 1) Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif, 2) Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, 3) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat, sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan, 4) Berhasil menerapkan prisip-prinsip kepemimpinan sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah, 5) Bekerja dengan tim manajemen, 6) Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan.  

1.2.4 Karakteristik Sekolah Yang Baik
Mulyasa (2003) mengemukakan sekolah yang baik memiliki beberapa karakteristik: Proses Belajar Mengajar yang efektivitasnya tinggi; Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat; Lingkungan sekolah yang aman dan tertib; Penggelolaan tenaga pendidik dan kependidikan yang efektif; Memiliki budaya mutu; Memiliki tim kerja yang kompak, cerdas, dan dinamis; Memiliki kewenangan (kemandirian); Partisipasi stakeholder tinggi; Memiliki keterbukaan manajemen; Memiliki kemauan dan kemampuan untuk berubah (psikologis dan fisik); Melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan; Responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan; Komunikasi yang baik; Memiliki akuntabilitas; dan Sekolah memiliki sustainabilitas (keberlangsungan hidup). 

 REFERENSI
Arifin, Abdullrachman. 2004. Teori Pengembangan clan Filosofi Kepemimpinan Kerja. Jakarta: Ikhtiar Baru Koontz, Harold dan Cyrill O’Donnell dalam Sukarna. 1990. Pengantar Ilmu Administrasi. Bandung: CV. Mundur Maju. 
Gardner, Howard, Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk). Batam: Interaksara, 1983. 
Mulyasa. E. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. E. (2003, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Slamet PH. (2000). "Karakteristik Kepala Sekolah Tangguh."”Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. (No. 025 tahun VI).
———————. (2004). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 
Umiarso dan Imam Gojali, (2010) Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi, “Menjual” Mutu Pendidikan dengan Pendekatan Quality Control bagi Pelaku Lembaga Pendidikan. Yogyakarta IRCiSoD.

Wednesday, March 21, 2012

DIKLAT NCT PKG TUGAS TAMBAHAN DAN PENGAWAS SEKOLAH

Untuk kali kedua aku mendapatkan kesempatan yang penuh berkah keilmuan. Tanggal 12 s/d 16 Maret 2012 di Hotel Mega Anggrek Jakarta Barat mendapat tugas kantor untuk mengikuti Diklat Fasilitator Nasional PKG Tugas Tambahan dan Pengawas Sekolah. Sebuah kesempatan yang bener-bener dapat meningkatkan khazanah keilmuan yang terbaru dalam dunia pendidikan. Kesempatan itu kumanfaatkan betul-betul dengan serius. kulalui setiap tahapan kegiatan yang secara fisik dan psikis sangat melelahkan. Pola diklat yang cukup ketat, membuatku harus mampu mengatur waktu dengan sebaik-baiknya agara semua dapat kulalui dengan hasil gemilang. Hari pertama, 12 Maret 2012, begitu kakiku menginjak Bandara Soetta aaku bersama kawan dari kantor berjumlah 6 orang bergegas mencari taksi yang bisa mengantar kami ke Hotel Mega Anggrek. Pemandangan gedung menjulang tinggi selalu nampak makin mencakar langit Kota Jakarta. Subhanallah... Hotel Mega Anggrek cukup megah berdiri di pusat kota. Jam 15.00 acara pembukaan dimulai. Materi kebijakan umum dari kemendiknas disajikan pasca pembukaan. Habis shalat isya' dilanjutkan dengan pre-test. Uji pengetahuan awal ini benar-benar memeras otakku untuk mampu menghasilkan skor bagus. 23 soal berhasil kujawab dengan benar dari 30 jumlah total soal. Alhamdulillah...untuk uji awal menurutku sudah layak untuk disyukuri. Hari kedua, 13 Maret 2012, semua peserta dibagi atas 6 kelompok. Duduk terpisah dengan teman kantor membuatku bisa lebih mengembangkan diri sesuai dengan kompetensi yang kumiliki. Masuk materi inti selama 5 JP PK Pengawas Sekolah, kemudian 5 JP lagi untuk PK Kepala Sekolah. Kegiatan pembelajaran berbasis kompetensi diri benar-benar melatih otakku untuk menyeimbangkan antara kemampuan linguistik dan logis matematis. Alhamdulillah...terkesima juga aku, ternyata aku bisa juga menyelesaikan soal berhitung. Suatu hal yang paling amat kuhindari. Ternyata filosofi bahwa kemauan akan membawa keberhasilan bener jua. Hari ketiga, 14 Maret 2012, 5 JP pertama PK Wakil Kepala Sekolah dan 5 JP selanjutnya adalah PK Kepala Perpustakaan. Oh ya Allah...ternyata disini kutemukan penghargaan yang sangat tinggi terhadap profesi guru selain tugas utamanya mengajar. Luar biasa...semua harus menjadi pribadi yang pandai bersyukur. Hari keempat, 15 Maret 2012, 5 JP pertama PK Ketua Program Keahlian dan 5 JP selanjutnya yaitu PK Kepala Laboratorium. Lagi-lagi aku merasa senang mendapat ilmu baru bagaimana menghargai kinerja orang berbasis profesi. Alhamdulillah...pelan-pelan sistem pemerintah benar-benar menghargai profesi guru beserta tugas tambahannya. So...jangan nyesel menjadi guru ya kawan-kawan... Hari kelima, 16 Maret 2012, hari terakhir yang paling menegangkan. Karena inilah hari aku diuji sejauhmana aku mampu memahami seluruh materi yang disampaikan hari-hari sebelumnya. Tibalah saatnya soal diterima....ohg...30 soal postes yang sangat berbeda dengan pretes, ditambah 7 soal menghitung PK. Itu semua harus diselesekan hanya dlm waktu 2 JP. Masya Allah.... namun aku yakin bahwa aku mampu selesekan semua. Strategi mengerjakan harus dibuat untuk menyelesekan semua. Akhhhh....akhirnya Alhamdulillah...semua tahapan proses sudah aku lalui...saatnya menanti pengumuman kelulusan. Semoga upayaku selama mengikuti diklat dapat berhasil dengan GEMILANG. Amin.... Bersyukur juga aku duduk dalam kelas yang diberi julukan oleh narasumber sebagai kelas akselerasi, dan kelompokku terdiri dari 8 orang disebut sebagai kelompok Wanita Perkasa. Karena kami beranggotakan 8 orang semua. Selamat jumpa kembali teman-teman : Bunda Kissumi, bunda Rahma, Bunda Nining, Bunda Wa Ode Manihara, dan 2 bunda yang lain....bersama kalian saya merasa banyak belajar tentang hidup dan kehidupan. See you next tomorrow......Amin.

Monday, March 19, 2012

BOARDING OR FULL DAY SCHOOL



Berpikir tentang inovasi, tentu harus tiada pernah henti. Mendesain dan memberikan layanan pendidikan yang mampu menjawab kebutuhan user (baca : pengguna) bukanlah suatu hal yang mudah. Harus melalui berbagai tahapan "need analysis" dan perlu keberanian untuk menerapkannya.
Sekolah swasta memiliki wewenang penuh untuk mendesain sistem pendidikan yang berkarakter sesuai dengan yayasan yang menaunginya. Di lain sisi sekolah swasta yang "ecek-ecek" tentu tidak akan mendapatkan tempat dihati user. Pada akhirnya sekolah tersebut hanya akan tinggal nama alias tumbang.
Muhammadiyah, telah lama dikenal oleh masyarakat sebagai penyedia layanan pendidikan yang berkualitas. Tentu kita sepakat bahwa belum semua sekolah Muhammadiyah yang ada di Indonesia telah memenuhi standar kualitas sebagaimana telah ditetapkan. Tidak sedikit juga sekolah Muhammadiyah yang harus berganti label dari SMP ke SMK karena ditinggalkan masyarakat. Tentu saja alasan masyarakat meninggalkan adalah sekolah tersebut kurang bermutu, asal berdiri, manajemen sekolahnya buruk, dan tidak memiliki keunggulan yang pantas untuk dibanggakan. Di sisi lain tidak sedikit pula sekolah Muhammadiyah yang mampu mensejajarkan diri dengan sekolah RSBI, bahkan melampaui. Namun itu pun masih kecil prosentasenya dari jumlah sekolah yang ada.
Perguruan Muhammadiyah Kendal mulai dari TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK berjumlah lebih dari cukup dengan rasio jumlah anak usia sekolah. Namun hanya beberapa sekolah yang sedikit lebih unggul dari sekolah swasta lain. Prestasi yang diraih pun masih "arang-arang" dan belum menggetarkan publik Kendal.
Hal tersebut menjadi pemikiran para stakeholder Muhammadiyah khususnya Pucuk Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kendal khususnya Majlis Dikdasmen, bagaimana caranya mengolah sekolah menjadi produk unggulan yang tidak hanya diminati masyarakat namun juga diserbu oleh user. Bagaimana pengurus Majlis dikdasmen mampu menyuguhkan sekolah yang sesuai dengan karakteristik masing-masing kecamatan tempat sekolah berada. Ini bukan pekerjaan yangmudah, namun juga tidak sulit selama terus berpikir dan berikhtiar.
Baru-baru ini fenomena pendirian "Boarding School" menjadi topik menarik di kalangan masyarakat Muhammadiyah. Semua berlabel Darul Arqam. Buat saya selaku penulis artikel ini, ini terkesan latah dan ikut-ikutan. Dalam teori inovasi, bahwa inovasi yang dilakukan karena ikut-ikutan itu akan menghasilkan sesuatu yang tidak menggetarkan, dalam bahasa jawa "kok podo kae"..."ah wis tau"...dsb.

A. Boarding School

Kehadiran boarding school adalah suatu keniscayaan zaman kini. Keberadaannya merupakan suatu konsekuennsi logis dari perubahan lingkungan sosial dan keadaan ekonomi serta cara pandang religiusitas masyarakat. Pertama, lingkungan sosial kita kini telah banyak berubah terutama di kota-kota besar. Sebagian besar penduduk tidak lagi tinggal dalam suasana masyarakat yang homogen, kebiasaan lama bertempat tinggal dengan keluarga besar satu klan atau marga telah lama bergeser kearah masyarakat yang heterogen, majemuk, dan plural. Hal ini berimbas pada pola perilaku masyarakat yang berbeda karena berada dalam pengaruh nilai-nilai yang berbeda pula. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat yang terdidik dengan baik menganggap bahwa lingkungan sosial seperti itu sudah tidak lagi kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan intelektual dan moralitas anak.
Kedua, keadaan ekonomi masyarakat yang semakin membaik mendorong pemenuhan kebutuhan di atas kebutuhan dasar seperti kesehatan dan pendidikan. Bagi kalangan menengah-atas yang baru muncul akibat tingkat pendidikan mereka yang cukup tinggi sehingga mendapatkan posisi-posisi yang baik dalam lapangan pekerjaan berimplikasi pada tingginya penghasilan mereka. Hal ini mendorong niat dan tekad untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak melebihi pendidikan yang telah diterima orang tuanya.
Ketiga, cara pandang religiusitas. Masyarakat telah, sedang, dan akan terus berubah. Kecenderungan terbaru masyarakat perkotaan sedang bergerak ke arah yang semakin religius. Indikatornya adalah semakin diminati dan semaraknya kajian dan berbagai kegiatan keagamaan. Modernitas membawa implikasi negatif dengan adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan ruhani dan jasmani. Untuk itu masyarakat tidak ingin hal yang sama akan menimpa anak-anak mereka. Intinya, ada keinginan untuk melahirkan generasi yang lebih agamis atau memiliki nilai-nilai hidup yang baik mendorong orang tua mencarikan sistem pendidikan alternatif.
Dari ketiga faktor di atas, sistem pendidikan boarding school seolah menemukan pasarnya. Dari segi sosial, sistem boarding school mengisolasi anak didik dari lingkungan sosial yang heterogen yang cenderung buruk. Di lingkungan sekolah dan asrama dikontruksi suatu lingkungan sosial yang relatif homogen yakni teman sebaya dan para guru pembimbing. Homogen dalam tujuan yakni menimba ilmu untuk menggapai harapan hidup yang lebih berkualitas.

B. Full Day School

Inovasi dalam dunia pendidikan adalah sebuah keniscayaan. Munculnya berbagai inovasi dalam dunia pendidikan mestinya disikapi sebagai fenomena alamiah memenuhi kebutuhan tuntutan perubahan sosial, ekonomi, budaya, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pemberlakuan Full day school (sekolah sehari penuh) di beberapa sekolah, khususnya perkotaan, adalah fragmen kecil inovasi pendidikan, yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan dan menolong para orang tua yang sibuk.
Full day school, diadopsi dari negara-negara maju, seperti Jepang, negara Eropa, dan Amerika. Sebagai sebuah inovasi pendidikan, penerapan full day school harus diawali dengan sebuah kajian menyeluruh terhadap semua aspek yang bersentuhan dengan penerapan sistem full day school. Adopsi berbagai praksis pendidikan dari luar negeri harus diadaptasikan dengan kondisi internal dan eksternal satuan pendidikan.
Full day school, tidak hanya sekolah sehari penuh, tetapi lebih dari itu. Ada beberapa sekolah menerapkan full day school hanya sekedar latah, hanya sekedar mengikuti trend tanpa mempersiapkan secara matang sebelum menerapkan full day school. Beban kurikulum yang selama ini dipandang oleh banyak pakar pendidikan terlalu gemuk, kemudian semakin gemuk saat beberapa kurikulum khas lokal sekolah ditambahkan ke dalam kurikulum wajib nasional. Jika penerapan full day school hanya berbasis pada penambahan waktu belajar dan tidak mengindahkan kaidah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan (PAIKEM), maka pemberlakuan full day school akan menjadi “penjara” bagi peserta didik.
Bagi sekolah yang sudah menerapkan full day school namun tidak menyiapkan semua kebutuhan ideal bagi sebuah sekolah sehari penuh, seperti memiliki ruangan yang nyaman untuk didiami berjam-jam, diyakini pembelajaran over time-nya akan tidak efektif. Di samping kondisi ruang belajar yang nyaman, pembelajaran di sekolah sehari penuh harus menerapkan prinsip PAIKEM. Pembelajaran konvensional, metode chalk and talk, ceramah verbal, akan sulit membuat peserta didik tahan berlama-lama di ruang belajar.
Pilihan bebarapa sekolah diperkotaan untuk menerapkan sekolah sehari penuh tidak terlepas dari prinsip suply and demand, ada permintaan ada penawaran. Banyak orang tua di kota-kota besar yang tidak memiliki waktu untuk menemani dan mengawasi anak-anak mereka setelah pulang sekolah, karena sibuk dengan pekerjaannya. Ketika beberapa sekolah menawarkan konsep sekolah sehari penuh, serta merta banyak orang tua yang berminat memasukkan anak-anaknya ke sekolah sehari penuh. Sekolah yang menerapkan konsep sekolah sehari penuh, terutama sekolah berbasis agama, laris diserbu peminat. Banyak orang tua yang tidak peduli dengan mahalnya biaya pendidikan full day school. Saat orang tua tidak memiliki waktu untuk mengawasi anak-anaknya, sekolah dipandang sebagai tempat yang paling aman bagi anak sampai orang tuanya pulang dari bekerja.
Sekolah full day, berkembang menjadi sebuah sekolah eksklusif.sekolah full day berorientasi kepada peningkatan mutu pendidikan, tidak hanya sekedar menggantikan peran orang tua ketika orang tua sibuk bekerja, maka akses bagi siswa kurang mampu harus diperlebar. Idealnya, sekolah yang menerapkan full day, orientasi peningkatan mutu pendidikan yang menjadi tujuan utama, bukan mengedepankan pelayanan menggantikan fungsi orang tua ketika sibuk bekerja.
Kurikulum sekolah full day harus menyeimbangkan pengembangan intelektual dengan ranah pengembangan sosial. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siang hari, sebaiknya diarahkan pada kegiatan untuk mengasah kemampuan emosional dan interaktif sesama siswa. Misalnya, kegiatan drama, olahraga, atau kegiatan keagamaan.

C. Simpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, maka sebagai pelaku dan pemerhati pendidikan khususnya di Muhammadiyah, kita dapat "metani" mana yang cocok diterapkan di sekolah kita yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tentunya daerah pegunungan dengan perkotaan tidak bisa disamakan. Semua sesuai dengan porsi dan karakteristik masyarakatnya.
Bersikap dan bertindak bijaksana, merupakan strategi inovasi yang harus dilakukan, sehingga tidak terkesan latah dan ikut-ikutan yang sedang "in" sekarang.
Selamat berinovasi untuk semua Panglima Sekolah Muhammadiyah...

*Dian Fajarwati
- Staff Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Indonesia
- Mahasiswa Program Doktor Manajemen Pendidikan UNNES angkatan tahun 2010.
- Mantan Kepala SMP Muhammadiyah 3 Kaliwungu Kab. Kendal